Tradisi "Nyawang Bulan" bukan sekadar momen untuk menikmati
pemandangan malam, melainkan ritual yang sarat akan nilai kearifan lokal dan
penghormatan terhadap alam. Kruhunan Bunisari, sebagai penggerak utama kegiatan
ini, turut menyuguhkan pertunjukan musik dan tarian tradisional yang menyatu
dengan harmoni alam.
Ratusan warga dan pengunjung berkumpul di lapangan desa untuk menyaksikan
pertunjukan seni yang mengiringi keindahan bulan. Dengan iringan musik angklung
dan degung, suasana menjadi syahdu, membuat siapa saja yang hadir larut dalam
kekaguman. Ketua Kruhunan Bunisari, Pak Edi, menyatakan bahwa acara ini
diharapkan menjadi sarana untuk menjaga kebudayaan leluhur sekaligus mempererat
tali silaturahmi antarwarga.
“Ini bukan hanya soal keindahan alam, tetapi juga bagaimana kita menghormati
alam dan memetik hikmah dari kesederhanaan hidup,” ujar Bapak Edi.
Selain pertunjukan seni, kegiatan ini juga diwarnai dengan berbagai ritual
doa bersama, yang dipimpin oleh sesepuh desa. Doa tersebut diiringi harapan
agar kehidupan masyarakat Girimekar selalu damai, sejahtera, dan dijauhkan dari
marabahaya. Tradisi ini telah berlangsung selama puluhan tahun dan masih
terjaga dengan baik, menjadi warisan yang terus dihidupkan oleh generasi muda.
Tak hanya warga Desa Girimekar, acara ini juga menarik perhatian wisatawan
dari luar daerah yang ingin merasakan keunikan budaya Sunda. Keberadaan
Kruhunan Bunisari sebagai penjaga seni budaya lokal menjadi daya tarik
tersendiri bagi para pelancong yang ingin menyelami kekayaan budaya Sunda.
Nyawang Bulan di Desa Girimekar bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga
sebuah simbol penghormatan terhadap alam, tradisi, dan nilai-nilai kebersamaan
yang selalu dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat.